Oleh : Harumi Kartini Rujukan Bacaan
3 Comments
Desain Produk memang major saya, bukan wajib bagi saya menciptakan logo bagi produk kami. Seiring waktu berjalan saya selalu menciptakan logo untuk beberapa produk saya. tak banyak yang sadar grafis. Alhamdulillah walaupun jurusan saya desain produk saya sangan mencintai dunia desain grafis. Berikut saya share logo saya yang yang dipakai oleh himpunan mahasiswa desain produk industri/ Industrial Product Design ( INPRODES ) Universitas Paramadina. Membuat sebuah Logo dibutuhkan pengetahuan. Dikit ajah :D FIM (Forum Indonesia Muda) adalah sebuah forum independen yang beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi maupun organisasi kepemudaan di Indonesia. Alhamdulillah saya lulusselah satu peserta Forum Indonesia Muda dari 180 untuk berpartisipasi dengan antusiasme yang luar biasa dari 4995 pendaftar FIM 14. 'Essay kuno' yang saya olah lagiMemang menulis itu tidak ada ruginya, apalagi terpublikasikan. Jangan takut dengan para plagiat ! Itu bukan musuh kita. Itu tantangan. Kita dituntut agar tetap kreatif ! Oke, saya akan sharing cerita mini saya yaa ... Jadi, menjadi peserta FIM adalah keinginan saya dari jaman baheulak.. Kala itu saya menulis untuk sharw/berbagi motivasi untuk adik-adik kelas 3 yang akan lulus di SMA saya. 4 hari lagi deadline, oke mood ga ngumpul buat bikit essay.. Untung aja saya keinget pernah pulish di blog lama saya ... cerita ini.. Alhamdulillah ... Karena buru-buru harus ke Medan untuk ketemu orang tua, subuh Minggu itu, sebelum Senin pagi berangkat berobat ke Penang. Ini dia Essay Kuno itu
Just Chooice Passion or Perent Terkenang masa lalu dipaksa masuk kedokteran oleh ayah dulu, cuma saya tidak mau karna lulusnya di Abuyatama—kampus Swasta. 1) berbayar Mahal 2)not my passion 3)jujur kampusnya kurang *tuuuuuut(sensored)* Alhamdulillah setelah memilih jurusan yang saya rasa berbau artistik, ya saya rasa sejalan dengan passion saya (red-ga ada itung-itungannya) walaupun ternyata setelah mencicipi dunia ‘DESAIN PRODUK’ ini harus presisi hal ini bearti meminta menghitung gambar teknik dengan sangat teliti. Ini adalah kesalahan saya, seharusnya saya membaca secara detail apa yg dipelajari, dan saya merasa jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual) jauh lebih cocok untuk saya. Tapi namanya Juga Hidup. Saya bayangkan seandainya dulu saya ambil jurusan DKV maka ilmu saja spesifik di Gambar Visual saja . Ini adalah 'HIKMAH' Karna Di DESAIN PRODUK kami pasti memperajari Desain untuk kepentingan visual komunikasi. Segalanya harus disyukuri. Temasuk masa-masa saya dan Armido (si Juara Kelas masa SMA yang selalu Rangking Pertama dan Saya @harumikARTini yg selalu ranking 2 (Kecuali Semester 2 ranking 6, gara-gara study Visit PMR ke Wonogiri JATENG) Kami mcoba masuk Jalur Undangan Namun Keberuntungan belum perpihak pada kami. Armido memilih Kedokteran di Unv. Syiah Kuala Kala itu dan saya Memillih Jurusan yang sama di Universitas Diponegoro, Semarang. Itujuga Rekomendasi Ayah saya Teknik Sipil. Saya benci itu. Jika disuruh memilih mungkin saya akan lebih memilih arsitektur. Kata beliau "Kalau Tek. Sipil kamu pasti bisa arsitektur juga". Saya semakin sedih atas aturan yang dibuat ayah. Tapi even saya tidak suka saya hanya ingin melihat orang tua saya bahagia . Just it all. Sekarang saya sudah paham bahwa memang di Teknik Sipil akan bisa mengerti mengenai arsetektur. But, Both then diffrent like what I talk 'bot DP n DKV. Selain kepentingan Orang Tua saya juga memiliki kepentinga Pribadi. Saya di mengikuti Test Seleksi Bersama Universitas Indonesia (SIMAK UI). Padahal kalau saya pikir-pikir pasti akan memberatkan orang tua. Biayanya mahal belum lagi ongkos Pesawat, akomodasi, uang pembangunan belum SPP,Kost, makan/Jajan, dan hal-hal lain. Oke pokoknya saya sudah test Kedokteran UI (Always to made my perent proud me), Teknik Sipil juga gue ambil, Desain Interior, sampai tata Pustaka. Semua jalur masuk UI saya ikuti. Dan tidak ada satupun yang lulus, sampe akirnya milih mendaftar Ikut Ujian Mandiri saja karna seleksi bersama sudah tidak ada lagi – UMB, SNMTN, dll. Dengan segala keprustasian saya Ibu mencoba menghibur, Ambil saja satra bahas Indonesia. Pesimis sekali. Saya tidak minat itu. Akhirnya saya memilih Ekonomi Mangement, Bahasa Inggris (FKIP) dan pilihan ketiga satra Indonesia (FKIP). Tibalah hari pengumuman. Akhirnya Lulus Ekonomi Management Di Unsyiah, Aceh. Dan dihari yang sama LULUS "BEASISWA FULL BRIGHT FELLOWSHIP PARAMADINA 2010". Coba bayangin saya sudah lulus di jurusan-jurusan lain yang mungkin kurang saya suka. Sudah harus bayar uang pembangunan. Walau nanti juga saya milih fellowship. Saya ke Jakarta Pesawat Free Termasuk biaya dari bandara ke kampus. Tinggal hidup saja segala biaya makan, jajan, semua sudah ada termasuk sprei, piring dan sendok. Ini adalah kampus swasta. Tapi banyak kebaikan yang diakui teman mahasiwa negri. Mereka iri pada aku di Paramadina. Hikmah berbakti ! Buat anda yang ingin peruntungan kuliah geratiiiiiiiis tiis tiiis dengan jajan 1jt/bulan dengan jaung buku 1jt/semester ayoo ikutan ... Paramadina Fellowship... http://paramadina.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1052&Itemid=221&lang=enhttp://paramadina.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1052&Itemid=221&lang=en POSISI PERSAINGAN Steven P. Schnaars dalam bukunya Managing Immitations Strategies yang menyatakan, “But many who are now first will be last and many for a last will be first. Now that is sage advice for later entrant…”. Artinya, banyak yang pertama menjadi terakhir dan yang terakhir menjadi pertama. Pada tahun 1865, Gunung merapi di Jawa Tengah yang terletak di perbatasan Surakarta, Yogyakarta, dan Kedu meletus. Raden Saleh bersama-sama Bupati Temanggung, Magelang dan Mr. Hoogercen yang membuat laporan tentang kejadian tersebut mengadakan kunjungan lapangan menuju lokasi letusan itu. Pada kesempatan itu, Raden Saleh membuat studi persiapan dengan membuat sketsa letusan gunung tersebut pada siang dan malam hari, yang menggambarkan sejauh mana lahar mengallir dan kerusan yang ditimbulkannya agar lukisan tersebut mempunyai fungsi dan makna geologi. Lukisan tersebut kini disimpan dan menjadi kebanggaan Museum Geologi di Leiden Belanda. Seolah-olah disana terjadi suatu pertarungan yang dasyat, mendidih, dan membakar. Tergambar lewat lahar panas berwarna merah dan putih susu menyapu semua yang ada disekitarnya termasuk pondok-pondok dengan bendera Belandanya. Secara simbolik, Raden Saleh ingin mengatakan keyakiannya bahwa api semangat bangsanya akan terbakar untuk mengusir kolonial Belanda. Mentalitas Nasionalisme Raden Saleh ternyata tidak pernah padam, tetap memanas terpendam bagai kandungan lahar diperut bumi. Dibalik kengerian itu, hadir keindahan bulan bersinar, lagit terang menyaksikan gunung yang memuntahkan lahar panas yang menimbulkan bencana. Intrepretasi terhadap lukisan ini, dilahirkan melalui tangan-tangan pemuda Indonesia Indonesia yang harus bersatu. Persatuan yang membuncahkan semangat. Saling bahu membahu dalam segala hal mengemban janji sebagai abdi bangsa. Seagala persoalan bangsa harus diselaikan bersama untuk kepentingan Tanah air ini. Agar kelak menjadi Negara yang Madani. Walau Bencana terus menghadang pemuda terus bergerak, untuk menata tangan-tangan yang berdebu untuk dibersihkan dan sama-sama kembali menatap masa depan yang cerah. Melihat kembali pesona yang tersembunyi di tanah negeri yang luas dan subur ini, kemudian menyulapnya menjadi permata untuk kita tawarkan kepada dunia. SemangART !!! semangART, semangART yang berbuncah-buncah bak asap mengepul dengat dasyatnya. Hai Pemuda, semagART !!! semgaART !!! dan terus semangART !!! Berikut gambar di RE-INTREPRETASIKAN : Oleh : Harumi Kartini Setiap insan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dalam keadaan tidak sadar. Tangisan ‘mengaung-ngaung’ bukan karna ia sedih, atas orang tua yang ia dapat begitu adanya. Dengan penghasilan, rumah, budi pekerti, bahkan agama yang dimiliki orang tua, maka turunlah pada insan suci tadi. Jadi, keberadaan agama yang dianut oleh kebanyakan masyarakat kita memang berasal dari turunan keluarganya. Bersyukurlah bagi orang tua yang besar hatinya, mengerti akan jalan hidup yang akan membuat anaknya bahagia dengan pilihan agamanya sendiri. Walaupun yang terjadi nanti setelah pergejolakan hati memilih keyakinan ia akan kembali ke agama yang memang dianut orang tua sang insan. Hidup dalam dunia yang memiliki banyak perbedaan harus menyadari akan pentingnya toleransi. Toleransi dari hal-hal yang kecil ‘sepele’ hingga hal yang sangat fundamental, seperti kepercayaan. Temasuk kepercayaan akan tidak adanya Tuhan. Inilah hak yang sama-sama kita perjuangkan, hak bebas untuk memilih jalan hidup. Jika tidak, perang batin sampai perang besar antar agama tidak akan pernah berakhir. Sebagai muslim saya sendiri menyayangkan, atas otot yang terus beradu, tembakan demi tembakan senjata yang terus memotong nyawa sesama makluk Tuhan, dan ada lebih dari 1001 masalah yag akan terus kita hadapi jika tidak lahir rasa tolerasi sesama manusia. Sebagai penganut agama Islam, meyakini Allah SWT sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah adalah wajib. Sebagaimana redaksi syahadat menunjukkan sesungguhnya problem manusia bukanlah tidak bertuhan, atau tanpa tuhan, melainkan banyak tuhan. Kalimat ‘tidak ada tuhan selain Allah’ bermakna bahwa selama ini manusia sebenarnya sudah bertuhan, tetapi tuhannya palsu. Kemudian kata ‘tidak ada tuhan’ adalah negasi (peniadaan), dan ‘kecuali Allah’ adalah afirmasi (peneguhan) dan pengecualian. Karena problem manusia adalah banyak menuhankan tuhan-tuhan maka sejak memeluk agama monoteis, ia harus menolak semua tuhan yang selama ini ia yakini, melalui peniadaan itu. Dengan peniadaan tersebut manusia kemudian ‘membebaskan diri dari belenggu segenap kepercayaan,’[1] untuk kemudian beralih ke pengecualian yakni meneguhkan Tuhan sejati. [1] Meminjam penuturan Nurcholish Madjid dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan, 2 Keberadaan Tuhan Hidup dengan banyak tuhan adalah hidup penuh keruwetan dan irrasional. Pada umumnya, masyarakat atau kaum yang menuhankan banyak tuhan akan hidup penuh pertentangan, kontradiktif, dan senantiasa menyalahi pendirian serta konsepsi yang mereka pegang dengan teguh. Akhirnya, mereka terjebak dalam kerumitan dan kesesatan. Gregory E. Ganssle, Ph.D. dalam tulisannya yang berjudul “Dapatkah Saudara Membuktikan Keberadaan Tuhan? (Mengapa ahli-ahli filsafat dan orang atheis menyukai pertanyaan ini)” menyatakan sejak Immanuel Kant pernah menulis tentang Critique of Pure Reason, telah menjadi hal yang umum bagi pemikiran orang bahwa untuk membuktikan keberadaan Tuhan adalah hal yang mustahil. Pada kenyataanya klaim ini telah diangkat pada tingkatan dogma di dalam budaya intelektual orang Amerika. Tidak ada kesimpulan filosofis yang menarik yang dapat dibuktikan tanpa keraguan. Jadi pendapat tentang keberadaan Tuhan tidak menghasilkan kepastian matematis yang justru dapat melemahkan masalah keberadaan Tuhan. Sederhananya hal tersebut menempatkan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dalam kategori yang sama seperti pertanyaan-pertanyaan lain, seperti keberadaan eksternalNya, kebebasan pemikiran dunia dan pertanyaan tentang bagaimana kita mengetahui orang lain mempunyai pikiran. Kontradiksi itu sama sekali tidak membebaskan, dan hanya menambah kompleksitas tanpa ujung. Dikatakan ‘tidak membebaskan,’ karena kontradiksi membutuhkan energi besar untuk menyelesaikan dan mendamaikan, sementara umur manusia tak sepanjang usia kontradiksi. Selalu berada dalam kontradiksi adalah pekerjaan sia-sia. Baik agama maupun akal sehat melarang manusia melakukan hal sia-sia. Pemikiran Islam akan Penyebutan Allah sebagai Tuhan Di sinilah syahadat kemudian muncul menjadi solusi: syahadat sajalah yang dapat membebaskan manusia. Dengan demikian, inti syahadat adalah ‘pembebasan’: bebas dari pembelengguan maupun penguasaan oleh apapun, untuk selanjutnya semata-mata berserah diri pada Tuhan, dan dikuasai Tuhan. Walaupun begitu, pengucapan syahadat memang bukanlah praktik keimanan, tetapi pengucapan. Hanya saja pengucapan syahadat dilandasi oleh proses panjang pemikiran, pemilihan, pemilahan, hingga berujung pada keyakinan. Tanpa proses seperti itu, pengucapan syahadat menjadi kosong. Menuju syahadat tidak bisa dilalui tanpa gerakan intelektual (Nanang Tahqiq). [1] Penjelasan menggunakan kata ‘bertuhan’ daripada ber-Allah. Bukankah agama Islam punya sebutan khas, yaitu Allah. Kata Allah lebih Qur’āni sebagaimana menjadi ajaran Nabi Muhammad. Apalagi kata Allah muncul dalam Qur’ān sebanyak 2.697 kali: apakah kata Tuhan sepadan dengan Allah, teristimewa sepadan dalam makna dan kualitas? Adakah sejarah lain dari kata Allah ini selain ia berasal dari Rasulullah? Pandangan di atas meneliti dan menyimpulkan asal-usul kata Allah sebagai bukan barang baru, bukan muncul dari Nabi Muhammad, tetapi jauh bahkan sebelum beliau lahir. Tradisi Arab sudah mengenal kata Allah sebelum Islam datang. Senada dengan pandangan di atas, ilmuwan Muslim menyatakan kata-kata Allah malah menjadi sebutan sehari-hari bagi masyarakat Arab pra-Islam. Tolerir akan satu payung persaudaraan antar manusia Istilah One Family Under God maksudnya untuk menciptakan perdamaian dunia, sebagai manusia maka kita harus mempunyai True Love untuk sesama. Fitrahnya manusia diciptakan dengan segala macam perbedaan entah dari warna kulit, ras, budaya maupun agama, namun dari perbedaan tersebut seyogyanya manusia dapat membangun True Love sehingga akan tercipta perdamaian yang hakiki. Demikian wacana One Family Under God yang banyak diusun oleh penggiat interfaith dialog seperti Global Peace Foundation (GPF[2]). Dialog antaragama bukanlah paradigma baru. Penyebutan New Interfaith Paradigm barangkali untuk menjadikan paradigma ini diadopsi oleh umat muslim sebagai cara pandang baru dalam beragama. Ada yang beraggapan bahwa asal muasal dialog antaragama, istilah ini menjadi rancangan dan semangat Barat untuk mempromosikan cara hidup sekuler kepada ke negara-negara lain. Padahal ini adalah bentuk toleransi. Bilapun ada itikat tidak baik, harusnya sebagai pribadi yangberiman kita harus mampu membentengi diri sebagaimana ajaran-ajaran agama yang kita jalankan. Tentu ada peran unik atas kepercayaan dan agama tertentu.Pemimpin agama memiliki peran signifikan untuk mendorong dan memberi bimbingan sikap hidup melayani dan membantu orang lain. Globalisasi yang diiringi dengan kemajuan informasi dan model komunikasi, kemudahan perjalanan, pertumbuhan bisnis, demikian pula terjadi peningkatan perpindahan manusia dari satu kota, negara atau bahkan benua yang berlainan yang memberi kemudahan untuk melakukan interaksi secara langsung dengan orang-orang yang berbeda bangsa, bahasa, dan budaya. Kini dari setiap diri kita sedang berinteraksi dengan dunia luas dengan ragam perbedaan yang ada. Sebagai akibatnya, kita saling mempengaruhi satu sama lain dengan intensitas yang lebih besar dibandingkan era-era sebelumnya. Berdasarkan perspektif individu, ini bisa mempunyai konsekuensi-konsekuensi positif atau negatif. Tak perlu dipertanyakan lagi, lebih mendesak dari yang pernah ada bahwa kita perlu mencari cara-cara untuk memecahkan perselisihan-perselisihan, membangun kepaduan dan hidup dengan harmonis dalam dunia kita yang sangat beragam. One Family Under God adalah sebuah visi yang sederhana, namun memiliki makna mendalam, mengakui bahwa semua orang ikut berkontribusi bagi pembentukan identitas yang esensial sama. Melampaui perbedaan-perbedaan ras, kebudayaan, etnik, suku atau agama, kita berkontribusi atas pembentukan kualitas yang esensial yang menegaskan kemanusiaan kita. Semua orang adalah makhluk spiritual yang berasal dari sumber yang sama, yakni Tuhan Pencipta. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa kita adalah Satu Keluarga yang berasal dari Tuhan yang kita yakini (One Family Under God). Setiap insan dikaruniai oleh Pencipta dengan nilai yang sama dan mempunyai andil atas warisan keagamaan yang sama. Ini adalah suatu sumber yang asli dari martabat dan hak-hak asasi manusia. Karena semua orang mempunyai nilai intrinsik, maka kita bercita-cita untuk mewujudkan suatu komunitas global yang setara dan terhormat. Mengakui bahwa keluarga adalah landasan yang penting dalam upaya menemukan dan merasakan perdamaian. Keluarga adalah ibarat tanah tempat benih dari karakter seorang anak disemai dan bertumbuh. Cinta dalam keluarga memungkinkan anak-anak percaya, mencari nilai-nilai dalam hidupnya, mengakui hak-hak yang sama dari orang lain, dan mempraktikkan hubungan-hubungan antar sesama yang mempersiapkan mereka untuk menjadi warganegara yang bertanggungjawab dan produktif. Membangun suatu budaya melayani telah menjadi suatu metode yang efektif dalam pembangunan perdamaian. [1] Nanang Thaqiq, Mengenal Islam Jalan tengah, (Jakarta : Dian Rakyat, 2012) Hal 56 . [2] Global Peace Foundation adalah Non-Goverment Organitation (NGO), lembaga yang concern dibidang pertamaian dunia melalui toleransi beragama note : beberapa tulisan terakhir dikutip dari media yang mebahas mengenai GPF We're Care !!! Salam Interfaith :) Buat yang lagi nugas kuliah atau penelitian, cekodot !! PENGUMPULAN DATA 1. Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap petanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian. Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan pengukuran. 2. Jenis-jenis Data · Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya. Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut: a. Pemahaman Masalah:Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company profile atau data administratif lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pemicu untuk memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita gunakan sebagai masalah penelitian. b. Penjelasan Masalah: Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti c. Formulasi Alternative-Alternative Penyelesaian Masalah yang Layak Sebelum kita mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan beberapa alternative lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan beberapa alternative lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan diteliti. Dengan semakin banyaknya informasi yang kita dapatkan, maka peneyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah. d. Solusi Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam membantu mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder juga kadang dapat memunculkan solusi permasalahan yang ada. Tidak jarang persoalan yang akan kita teliti akan mendapatkan jawabannya hanya didasarkan pada data sekunder saja. Kriteria Dalam Mengevaluasi Data Sekunder Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai berikut:
· Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. Metode Survei (Survey Methods)
Wawancara (Interview)
Wawancara Tatap Muka (Personal atau Face-to-face Interviews) Kelebihan teknik wawancara melalui tatap muka daripada melalui telepon atau pun kuesioner :
Kelebihan teknik ini dibandingkan tatap muka :
Kuesioner (Questionnaires) Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara lain : secara langsung disampaikan oleh peneliti, dikirim bersama paket atau majalah, diletakkan di tempat-tempat ramai, melalui pos faksimile atau komputer. Survei memerlukan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai sarana pengambilan datanya. Jika dilakukan secara online melalui Internet, ada teknik-teknik yang berbeda dengan cara pengambilan data secara manual. Tulisan ini akan membahas strategi dan teknik dalam mencari dan mengumpulkan data primer di Internet, etika pencarian data, sumber-sumber data primer, validasi data, kendala dan solusi serta pertimbangan-pertimbangan lainnya. Kuesioner secara Personal (Personally Administered Quistionnaires) Jika lokasi antar responden relatif berdekatan seperti dalam satu perusahaan, maka teknik merupakan cara yang sesuai. Teknik ini seperti halnya wawancara tatap muka, biayanya relatif mahal jika jumlah responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar. Kuesioner Lewat Pos (Mail Quistionnaires)
Metode observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode ini dibandingkan metode survei adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek). 3. Metode Pengumpulan data Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan metode : 1. Studi Lapangan (Field Research) Yaitu pengumpulan data langsung dari sumber penelitian, adapun cara yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan kuesioner. b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. 2. Studi Pustaka (Library Research) Penulis membaca reffrensi yang mendukung isi penelitian ilmiah ini berasal dari buku, website atau artikel yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. · Angket atau kuesioner (questionnaire) Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya. Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam MACAM-MACAM KUISIONER 1. Kuesioner tertutup Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai. 2. Kuesioner terbuka Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru memformulasikan jawabannya sendiri. 3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka. 4. Kuesioner semi terbuka Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. KEUNTUNGAN METODE KUISIONER
KELEMAHAN METODE KUISIONER
· WAWANCARA Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998). Secara garis besar aa dua macam pedoman wawancara, yaitu: 1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus. 2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check) pada nomor yang sesuai. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara : a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan. b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan. Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu : a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik. b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai. c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat. d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer. · OBSERVASI Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena : a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi. b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari. d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti. 4. Pengertian Variabel Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan menggunakan variabel, kita akan mmeperoleh lebih mudah memahami permasalahan. Hal ini dikarenakan kita seolah-olah seudah mendapatkan jawabannya. Biasanya bentuk soal yang menggunakan teknik ini adalah soal counting (menghitung) atau menentuakan suatu bilangan. Dalam penelitian sains, variable adalah bagian penting yang tidak bisa dihilangkan. Macam – macam Variabel Menurut Sugiyono (2009) hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi : (1) Variabel Independen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), (2) Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasan Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (3) Variabel Moderator : adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel ini disebut juga sebagai variabel independent kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik (kuat) kalau mempenyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.(4) Variabel Intervening : Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen, dan (5) Variabel Kontrol : adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui penelitian eksperimen. Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, hrus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris di tempat penelitian.Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, maka terlebih dahulu perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi pendahuluan pada objek yang diteliti. SUMBER : http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/ http://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-data-primer/ http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2177038-macam-macam-variabel-penelitian/ TEKNIK PENGUMPULAN DATAOLEH ODEBHORA PADA
Di bawah ini adalah beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: A. ANGKET Agket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang menjawab atau memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan. Keuntungan Teknik Angket Kerugian Teknik Angket Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirim melalui pos Karena dikirim melalui pos, persentase pengembalian angket relatif rendah Biaya membuat angket relatif murah Pertanyaan dalam angket dapat salah ditafsirkan dan tidak ada kesempatan mendapatkan penjelasan Tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri Tidak dapat digunakan bagi responden yang kurang bisa membaca dan menulis, atau memiliki tingkat pendidikan yang kurang memadai Dua macam pertanyaan dalam instrumen penelitian adalah pertanyaan terbuka dan tertutup. Di bawah ini akan disebutkan perbedaan antara keduanya. Pertanyaan Terbuka Pertanyaan Tertutup Jawaban tidak disediakan sehingga responden bebas menulis jawaban sendiri sesuai pandangannya Jawaban sudah disediakan, responden hanya memilih saja Jawaban dari responden sangat bervariasi sehingga sulit mengolahnya karena harus menggolongkan jawaban yang ada Mudah mengolahnya karena jawaban tidak bervariasi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggolongkan jawaban atas pertanyaan terbuka:
Wawancara yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca atau menulis, termasuk anak-anak. Keuntungan Wawancara Kerugian Wawancara Dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis Membutuhkan biaya yang besar untuk perjalanan pengumpul data Pewawancara dapat segera menjelaskan jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Hanya dapat menjangkau jumlah responden yang lebih kecil Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan melihat wajah dan gerak-gerik responden Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden Dalam kegiatan wawancara calon responden berhak untuk tidak bersedia menjadi responden. Untuk menghindari hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Observasi diartikan sebagai pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Keuntungan Observasi Kerugian Observasi Data yang diperoleh adalah data yang segar, artinya diperoleh dari subjek saat terjadinya tingkah laku Pengamat harus mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi. Jika dana yang tersedia cukup besar pengamat dapat menggunakan video perekam Keabsahan alat ukur dapat diketahui langsung Beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal yang bersifat pribadi sukar diamati bahkan dapat membahayakan pengamat Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi: 1. Observasi partisipan (participant observation) Pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti namun tetap waspada untuk mengamati kemunculan tingkah laku tertentu. 2. Observasi takpartisipan (nonparticipant observation) Pengamat berada di luar subjek yang diamati Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi dibedakan menjadi: 1. Observasi tak berstruktur Pengamat tidak membawa catatan tentang tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati. Ia akan mengamati arus peristiwa dan mencatatnya atau meringkasnya untuk kemudian dianalisis. 2. Observasi berstruktur Pengamat memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku apa saja yang harus diamati. Tingkah laku lainnya diabaikan. D. STUDI DOKUMENTASI Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Dokumen dapat dibedakan menjadi: 1. Dokumen primer Dokumen ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa. Sebagai contoh adalah autobiografi 2. Dokumen sekunder Peristiwa dilaporkan pada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Contohnya adalah biografi. Sebagaimana metode historic, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik terhadap sumber data, baik kritik internal maupun eksternal. Keuntungan Studi Dokumentasi Kerugian Studi Dokumentasi Merupakan cara tepat untuk subjek penelitian yang sukar atau sulit dijangkau Karena dokumen yang dibuat bukan untuk keperluan penelitian, data yang tersedia mungkin bias Takreaktif. Data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data Catatan tentang orang ternama mungkin disimpan dengan baik, tetapi catatan tentang orang biasa tidak selalu, bahkan tidak ada (tersedia secara selektif) Cara yang terbaik untuk kasus yang bersifat longitudinal, khususnya yang menjangkau ke masa lalu Karena dokumen ditulis bukan untuk penelitian, mungkin data yang tersedia tidak lengkap / tidak tercatat pada dokumen Teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang diperlukan relatif kecil Format dokumen dapat bermacam-macam sehingga bisa mempersulit pengumpulan data dan sukar memberikan kode pada data Referensi: Soehartono, Irawan. Dr.. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1. Macam-macam Teknik Pengumpulan Dataa. Angket (Kuesionare) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut: 1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. 2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuesioner, antara lain: 1) Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuesioner juga harus sesuai dengan variebel-veriabel penelitian, yang biasanya sudah didefinisikan dalam definisi operasional, yang mengandung indikator-indikator penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian. 2) Tiap pertanyaan dalam kuesiner adalah bagian dari penjabaran definisi operasional, sehingga dapat dianalisa dengan tepat untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam kusioner, pertanyaan-pertanyaan yang diajaukan biasanya pertanyaan mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) Pertanyaan tentang fakta. Misalnya umur, pendidikan, status dan agama 2) Pertanyaan tentang pendapat dan sikap, yang menyangkut masalah perasaan dan sikap respondsen tentang sesuatu 3) Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan yang menyangkut apa yang diketahui oleh responden 4) Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya diri dalam hubungannya dengan orang lain. Ditinjau dari segi cara pemakain kuesioner, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh peneliti, antara lain: 1) Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden 2) Kuesioner diisi sendiri oleh responden 3) Wawancara melalui telepon 4) Kuesioner dikirim melalui pos. Bagaimana merumuskan/menyusun angket?, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) Pakailah bahasa yang sederhana yang dapat dipahami oleh responden. 2) Pakailah kalimat yang pendek yang mudah difahami. 3) Jangan terlampau cepat menganggap bahwa responden telah memiliki pengetahuan atau pengalaman tentang masalah penelitian. 4) Lindungi harga diri responden. 5) Bila ingin menanyakan suatu perasaan atau tanggapan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, tanyakan terlebih dahulu hal-hal yang menyenangkan. 6) Pertimbangkan pertanyaan bersifat langsung atau tidak langsung. 7) Tentukan pertanyaan terbuka atau tertutup. 8) Masukkan hanya satu buah pikiran dalam tiap pertanyaan. 9) Rumusan pertanyaan jangan sampai memalukan responden. (lihat, Nasution, 2006:135-137) Contoh Angket...... 1) Angket Terbuka, yaitu angket dimana responden diberi kebebasan untuk menjawab Contoh: Metode apa yang digunakan oleh Bapak/ibu dalam pengajaran PAI dikelas? a...................... b...................... c...................... d...................... 2) Angket Tertutup, apabila jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Contoh: Apakah Bapak/Ibu senantiasa memeriksa hasil pekerjaan anak dikelas? a. Selau b. Sering c. Jarang sekali 3) Angket semi terbuka, yaitu jawaban pertanyaan sudah diberikan oleh peneliti, tetapi diberi kesempatan untuk menjawab sesuai kemauan responden Contoh: Apa metode yang Bapak?Ibu gunakan dalam pengajaran PAI a. Diskusi b. Ceramah c. ............ Berdasar dari terbentuknya § Pilihan ganda Contoh, seperti pada angket tertutup § Isian Contoh seperti pada angket terbuka § Chek list Contoh
§ Rating Skala Contoh:
b. TES Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari sasaran atau obyek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur. 1) Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang, seperti self–concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya. 2) Tes bakat atau abtitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 3) Tes intelegensi atau intellegence test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya. 4) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah kala sikap, yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang. 5) Tes minat atau measures test yaitu tes yang digunakan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 6) Tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. c. Wawancara Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi dengan responden. Seorang peneliti harus memiliki ketrampilan dalam mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut dalam menyampaikan wawancara. Seorang peneliti juga harus bersikap netral, sehingga responden tidak merasa ada tekanan psikis dalam memberikan jawaban kepada peneliti. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu: 1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini perlu adanya kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan pedoman wawancara model ini sangat tergantung pada pewawancara. 2) Pedoman pewawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai chek-list. Pewawancara hanya tinggal memberi tanda v (check). Dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara dilaksanakan dalam bentuk ”semi structured”. Dimana interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model wawancara seperti ini, maka semua variabel yang ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam. Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam suksesnya wawancara yang dapat dilihat pada gambar berikut: Sumber: Warwick, Donald P. And Lininger, Charles yang dikutip dari Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi ( Metode Penelitian Survei) Menurut Nasution, ada beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam wawancara, antara lain: pengalaman, pendapat, perasaan, pengetahuan, pengeinderaan dan latar belakang pendidikan. Dalam pelaksanaan wawancara, sering kita temukan dilapangan adanya perbedaan persepsi pandangan tentang hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian, antara peneliti dengan orang yang diwawancarai. Berdasar hal tersebut, yang perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif naturalistik, ada dua istilah yaitu informasi emic dan etic. Informasi emic adalah informasi yang berkaitan dengan bagaimana pandangan responden terhadap dunia luar berdasar perspektifnya sendiri, sedangkan yang berdasar perspektif peneliti disebut informasi etic. d. Dokumen Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Sumber lain yang bukan dari manusia (non-human resources), diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen terdiri bisa berupa buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa, surat-surat resmi dan lain sebagainya. Selain bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya adalah foto dan bahan statistik. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat dengan maksud tertentu, misalnya untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan, kemeriahan, semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya. Selain foto, bahan statistik juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang mampu memberikan informasi kuantitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan dokumen-dokumen kuantitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan penelitian. d. Observasi Agar observasi yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Seorang peneliti harus melatih dirinya untuk melakukan pengamatan. Banyak yang dapat kita amati di dunia sekitar kita dimanapun kita berada. Hasil pengamatan dari masing-masing individu akan berbeda, disinilah diperlukan sikap kepekaan calon peneliti tentang realitas diamati. Boleh jadi menurut orang lain realitas yang kita amati, tidak memiliki nilai dalam kegiatan penelitian, akan tetapi munurut kita hal tersebut adalah masalah yang perlu diteliti. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi partisipasi dan non-partisipan. Observasi partisipasi dilakukan apabila peneliti ikut terlibat secara langsung, sehingga menjadi bagian dari kelompok yang diteliti. Sedangkan observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti tidak menyatu dengan yang diteliti, peneliti hanya sekedar sebagai pengamat. Menurut Nasution, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi, antara lain: 1) Harus diketahu dimana observasi dapat dilakukan, apakah hanya ditempat-tempat pada waktu tertentu atau terjadi diberbagai lokasi? 2) Harus ditentukan siapa-siapa sajakah yang dapat diobservasi, sehingga benar-benar representatif? 3) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan sehingga relevan dengan tujuan penelitian. 4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data, terutama berkaitan dengan izin pelaksanaan penelitian. 5) Harus diketahui tentang cara-cara bagaimana mencatat hasil observasi. 2. Membuat Instrumen Pengumpulan Data Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen, antara lain: a. Mengindentifikasikan variabel-variabel yang diteliti b. Menjabarkan variabel-variabel dalam beberapa dimensi c. Mencari indikator-indikator setiap dimensi d. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen e. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen f. Petunjuk pengisian Hal lain yang perlu diperhatikan agar instrumen yang disusun tepat sesuai sasaran yang ingin dicapai adalah: a. Menetapkan sebuah konstruk, yaitu membuat batasan mengenai variabel yang diteliti. b. Menetapkan dimensi-dimensi, yaitu merumuskan unsur-unsur atau bagian-bagian yang ada pada sebuah kontrak. c. Menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan, yaitu menjabarkan sebuah dimensi-dimensi ke dalam beberapa pertanyaan, untuk menerangkan konstruk variabel yang hendak diteliti. Contoh: Penelitian tentang Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Komitmen Organisasi 3. Membuat catatan lapangan a. Data Hasil Catatan Lapangan Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2) komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian, penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan berusaha untuk menahan rasa kantuk tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Fenomena tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas, tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran. 2. Sistematika catatan Dalam mendeskripsikan data kita perlu adanya kode yang memudahkan dalam pelaksanaan observasi. Misalnya deskripsi diberi kode D dan refleksi diberi kode R. DP : Deskripsi Partisipan, misalnya mengenai usia responden, wajahnya, tubuhnya, cara berpakaian, bertindak, berbicara, sikap dan sebagainya. DD : Deskripsi Dialog, yaitu deskripsi yang berkaitan dengan percakapan antara peneliti dengan responden atau orang lain, juga antara orang yang ada hubungannya dengan topik penelitian. DLF : Deskripsi Lingkungan Fisik, yaitu deskripsi mengenai keterangan tentang lokasi, gedung, ruangan, pekarangan fasilitas dan lain sebagainya. DK : Deskripsi kejadian-kejadian, yaitu deskripsi tentang peristiwa-peristiwa apa yang terjadi, seperti tindakan guru, perbuatan siswa, pelajaran yang berlangsung, hukuman yang diberikan siswa, apa yang terjadi diluar kelas DH : Deskripsi Hubungan dengan partisipan atau orang lain, misalnya hubungan antara siswa dengan temanya, guru dan pegawai administrasi. Refleksi adalah pemikiran, tafsiran atau komentar tentang apa yang diamati. Peneliti mengolah apa yang diobservasi, ia mencari maknanya untuk kemudian menemukan pola atau tema rangkaian kejadian-kejadian. Agar pemikirannya lebih sistematis, perlu diberikan kode sebagai berikut: RR : Refleksi tentang apa yang di rasakan oleh peneliti, yaitu bagaimana pengamat serta prasangka dan sikapnya terhadap responden. RA : Refleksi Analisis. Dalam penelitian naturalistik analisis dilakukan sejak awal pengumpulan data. Data harus di lakukan analisis dalam usaha untuk mencari makna, walaupun masih bersifat sementara. Analisis akan mendorong merumuskan pertanyaan baru yang memerlukan data baru yang dapat lebih memantapkan tafsiran atau justru membantah tafsiran. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara data. RM : Refleksi Metodologi. Dalam penelitian naturalistik/ kulaitatif, tidak harus mengikuti langkah-langjkah yang telah ditetapkan. Metode penelitian tidak dapat dipastikan akan tetapi harus dipikirkan setiap kali menghadapi situasi baru. RJ : Refleksi Penjelasan. Bila ada hal-hal yang perlu mendapat penjelasan, misal mengenai sejarah, latar belakang lembaga, dan sebagainya dapat dimasukkan dalam bagian ini. RE : Refleksi Etis. Penelitian harus memegang teguh norma-norma penelitian, harus dijaga betul agar nama baik responden jangan tercemar, misal dengan memberi nama samaran. Bahkan kadang lokasi penelitian bisa disamarkan. Posted on December 18, 2012
by : http://interfaithcintaindonesia.wordpress.com/ form pendaftaran silakan klik http://fb.me/WrhQsiRg lengkapi & kirim ke [email protected] Panggilan kepada seluruh generasi muda di Indonesia untuk mengikuti program CINTAindonesia !!! CINTAindonesia Committee for Interfaith Tolerance atau yang disingkat CINTAIndonesia merupakan suatu forum yang terdiri dari para generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia yang juga merupakan alumni dari program Study of the U.S Institute (SUSI) on Religious Pluralism 2012 yang peduli akan isu-isu sosial khususnya toleransi antar umat beragama. Melalui CINTA Indonesia, kami ingin membawa semangat perubahan di negara ini, khususnya dalam hal toleransi dan perdamaian antar umat beragama. Kami ingin memulai dengan generasi muda. Sebagai pemimpin-pemimpin masa depan, kami yakin bahwa anak-anak muda di Indonesia harus dilengkapi dengan pengetahuan, supaya bangsa Indonesia dapat terus maju dalam berbagai aspek. Untuk itulah kami sendiri, sebagai bagian dari generasi muda, ingin ikut andil dalam proses mencapai tujuan tersebut. Indonesia adalah negara yang majemuk. Bangsa kita terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi budaya, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Kemajemukan ini adalah suatu hal yang membuat bangsa kita unik. Namun, kemajemukan ini seringkali disalahpahami, sehingga berujung pada prasangka dan kekerasan. Terlebih lagi kekerasan yang terjadi antar agama yang ada di Indonesia. Atas dasar inilah, kami berinisiatif untuk melaksanakan suatu program yang bertajuk “Interfaith Dialogue.” Melalui program ini, kami ingin menyebarkan semangat perdamaian kepada seluruh masyarakat Indonesia, yang akan kami mulai dengan pemuda pemudi di Indonesia. Roadshow ini akan diselenggarakan di lima kota Indonesia yakni : Lombok : 12-13 January 2013 Malang : 19-20 January 2013 Palembang : 26-27 January 2013 Manado : 12 February 2013 Jakarta : 23-24 February 2013 Tujuan dan Sasaran 1. Untuk menginspirasi generasi muda dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya kerja sama dan berbagi satu sama lain, melalui program ini kami akan membuka mata dan fikiran para peserta mengenai konsep yang salah terhadap agama lain dengan belajar melalui pemimpin agama mengenai kerja sama dan hidup bertoleransi dengan orang lain. 2. Untuk mempromosikan toleransi, saling pengertian dan kerjasama di kalangan generasi muda dalam masalah antaragama, dengan memberi mereka contoh, melalui pembicara-pembicara yang merupakan pemimpin agama, tentang bagaimana iman yang berbeda dapat bekerja sama dan hidup harmonis. 3. Untuk membekali para peserta dengan dialog dasar dan keterampilan resolusi konflik, dengan membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan satu mentor yang merupakan alumni SUSI yang akan berbagi pengetahuannya tentang dialog yang mendalam, resolusi konflik, dan toleransi. 4. Untuk memilih “Interfaith Ambassador” yang akan mempromosikan perdamaian di Indonesia, dengan memilih esai terbaik tentang “interfaith” yang dibuat oleh para peserta. 5. Untuk mempromosikan anti-kekerasan dengan tujuan untuk menyelesaikan konflik, dengan belajar dari pembicara dan menggunakan seni sebagai media untuk mengekspresikan pikiran dan ide-ide. 6. Untuk meningkatkan semangat “Bhinneka Tunggal Ika” atau nasionalisme sebagai pemersatu dari seluruh rakyat Indonesia, dengan mengingatkan peserta tentang semangat motto bangsa kita yang akan dilakukan oleh pembicara dan SUSI alumni. Luaran yang Diharapkan Pada akhir program ini, kami mengharapkan :
- Kegiatan Interfaith Dialogue Roadshow di masing-masing kota akan dilaksanakan selama dua hari. Dihari pertama kami akan mengundang pemimpin-pemimpin dari agama yang berbeda untuk berbicara mengenai pentingnya bertoleransi antar umat beragama. Setelah itu, peserta akan kami bagi dalam kelompok-kelompok kecil dan akan mengikuti sesi mentoring tentang bagaimana cara melakukan dialog yang benar dan juga mereka akan langsung mempraktikannya dalam simulasi yang disebut fishbowl. - Dihari kedua kami akan mengunjungi tempat-tempat ibadah yang ada di masing-masing kota. Para peserta akan menjadi pengamat dalam kegiatan, mereka akan belajar konsep yang sebenarnya dari agama tersebut sehingga diharapkan tidak akan ada lagi prasangka atau konsepsi yang salah mengenai agama tersebut. Di akhir roadshow di masing-masing kota, kami akan memilih satu orang peserta yang disebut “Interfaith Ambassador” yang dinilai paling antusias dengan kegiatan ini dan paling peduli tentang isu pluralisme dan toleransi antar umat beragama, berdasarkan essay yang dimasukan dan juga aktivitas selama roadshow berlangsung. Satu orang terpilih ini akan diberangkatkan ke Jakarta untuk mengikuti rangkain kegiatan penutupan disana. Tujuan dari adanya Interfaith Ambassador ini agar supaya para ambassador yang terpilih dapat melanjutkan semangat kegiatan ini kepada orang lain di lingkungan sekitarnya. Selain itu juga akan ada sesi diskusi serta pelayanan sosial seperti pembagian sticker perdamaian atau makanan/pakaian/buku ke panti asuhan (optional) —————————————————————————————————————————————————-- Bagi kamu yang tertarik mengikuti program ini silahkan unduh applikasi formnya di www.cintainterfaith.com Acara ini terbuka untuk seluruh pemuda di Indonesia.Kami sarankan untuk memilih tempat yang dekat dengan domisili anda karena panitia tidak menanggung transportasi dan penginapan. Hanya 100 essay terpilih di masing2 kota yang bisa mengikuti acara ini, so make ur best essay ya Acara ini GRATIS dan kamu akan mendapatkan : - Ilmu yang bermanfaat dari para pembicara dan alumni SUSI - T-Shirt - Seminar Kit - Snack - Lunch - Certifikat (ditandatangi oleh US Embassy dan UNESCO)* - Kesempatan untuk terpilih menjadi Interfaith Ambassador. *dlm konfirmasi So, tunggu apa lagi daftarkan diri anda segera. Pendaftaran DITUTUP 2 Minggu sebelum pelaksanaan di masing-masing kota. ***informasi lebih lanjut silahkan*** Email : [email protected] Twitter : @CINTAinterfaith |
AuthorI still learn. Coz Knowladge makes world better Archives
June 2013
Categories |